Aktualisasi Pancasila: Menyikapi Paradoks Bangsa di Era Modern

0
56
Djarot Saiful Hidayat, Wakil Ketua Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI Periode 2024-2029. (Foto: Istimewa)

Bengkulu, Spoiler.id – Delapan puluh tahun pascakemerdekaan, Indonesia berdiri di persimpangan. Di satu sisi, dunia menatap bangsa ini dengan kagum. Berdasarkan data Charities Aid Foundation (CAF) 2017–2023, Indonesia menempati posisi sebagai negara paling dermawan di dunia. “Sembilan dari sepuluh orang Indonesia rela memberi donasi, zakat, atau sedekah. Ini rekor moral yang menyalakan cahaya kemanusiaan,” ungkap Djarot Saiful Hidayat, pengamat sosial-politik.

Harvard University (2025) melalui Global Flourishing Study menempatkan Indonesia di posisi teratas dunia dalam hal kesejahteraan dengan skor 8,47, mengungguli Amerika Serikat, Jepang, dan Filipina. Dunia menilai bangsa ini kaya materi, bahagia, dan hidup dalam solidaritas sosial.

Namun, di balik gemerlap itu, fakta lain mencemaskan. Setara Institute (2023) mencatat 83 persen siswa SMA menyatakan Pancasila bisa diganti, sementara 56 persen mendukung syariat Islam sebagai dasar negara. Korupsi juga merajalela; seorang mantan pejabat Mahkamah Agung menyimpan hampir Rp 1 triliun hasil suap di rumahnya. Badan Pusat Statistik (Maret 2025) menyebut 23,85 juta rakyat masih hidup miskin, sementara IMF (2024) menempatkan Indonesia dengan pengangguran tertinggi ASEAN, 5,2 persen.

“Gen-Z tumbuh di tengah paradoks ini. Mereka bangga atas pengakuan dunia, tetapi getir melihat intoleransi, pengangguran, dan korupsi,” kata Djarot.

Aktualisasi Pancasila kini menuntut tindakan nyata. Generasi muda, terutama Purna-Paskibraka yang ditunjuk BPIP sebagai Duta Pancasila, menjadi teladan. Contohnya, siswa SMA Situbondo membagi sembako kepada tukang becak saat kelulusan, siswa Kalimantan menanam 3.000 pohon rotan, dan generasi muda melawan hoaks serta ujaran kebencian di media sosial.

Namun, Pancasila bukan hanya tugas generasi muda. “Pejabat publik harus menolak korupsi, guru menanam nilai keadilan, pengusaha membuka lapangan kerja, petani menjaga bumi, dan rakyat biasa tetap berbagi di tengah kesempitan. Pancasila harus hidup dalam laku, bukan sekadar teks,” tegas Djarot.

Bung Karno pernah berpesan, Pancasila hanya akan menjadi “realiteit” jika diperjuangkan. Kini, perjuangan itu adalah kewajiban seluruh bangsa. Aktualisasi Pancasila berarti menghapus intoleransi, memperjuangkan keadilan sosial, dan menegakkan demokrasi dengan integritas.

“Gen-Z harus menjadi generasi yang menghapus kontras itu, generasi yang membuat bangsa ini bukan hanya dipuji dunia, tetapi dicintai rakyatnya sendiri,” pungkas Djarot.

Oleh: Djarot Saiful Hidayat, Wakil Ketua Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI Periode 2024-2029.

Pewarta: Restu Edi
Editor : Desty Dwi Fitria
COPYRIGHT © SPOILER 2025

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here